the Voice of God

Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan kepada mereka kesehatan dan kesembuhan, dan Aku akan menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah. (Yeremia 33:6)

May 30, 2020

Mengerti Kehendak Tuhan


Baca: Mazmur 119:17-32
"Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu." (Mazmur 119:18)

Shalom,

Masalah dan situasi-situasi sulit mungkin diijinkan Tuhan dengan tujuan untuk melatih iman kita. Dia ingin mendewasakan kita. Tuhan tidak pernah salah atas setiap tindakan-Nya karena Dia tahu sejauh mana kekuatan dan kemampuan kita.
"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13). 
Oleh karenanya milikilah hati yang dapat menanggapi dengan benar setiap pencobaan yang sedang kita alami. Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan kita! Mari camkan itu. Selalu ada rencana-Nya yang indah.

Kembali kepada burung rajawali, ia memiliki pandangan mata yang sangat tajam. Ia bisa melihat ke arah depan dan samping pada waktu yang bersamaan. Rajawali bisa melihat ikan dalam air meski dari jarak yang sangat jauh saat sedang terbang melayang tinggi. Rajawali benar-benar memiliki ketajaman yang luar biasa dalam hal melihat. Memiliki ketajaman dalam hal melihat adalah kerinduan Tuhan bagi anak-anak-Nya. Mata yang tajam akan melihat kehendak Tuhan sehingga kita bisa membedakan mana yang baik dan tidak baik, mana yang benar dan tidak benar seperti tertulis: "Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:17).

Mata yang tajam pasti dapat melihat setiap kesempatan yang ada dan menggunakannya sebaik mungkin. Apalagi menjelang kedatangan Tuhan yang semakin dekat ini, bukan waktunya untuk santai atau bermalas-malasan lagi, sebaliknya "...perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:15-16). Jadi kita butuh mata setajam rajawali yang bisa mencermati dan melihat keadaan sekitar. Kita juga harus menggunakan mata kita untuk melihat hal-hal yang baik, karena mata kita adalah jendela hati kita; apa yang kita lihat akan mempengaruhi keadaan hati kita.

Mata rohani yang tajam pasti dapat mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup ini.

Selamat beraktivitas dan menikmati liburan akhir pekan bersama keluarga dalam anugerah Tuhan Stay at home. IMANUEL.. amin




May 29, 2020

Sorga Tempat Kita



Baca: Kolose 3:1-4
"Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:2)

Shalom,

Rasul Paulus menasihatkan agar setiap orang percaya senantiasa memusatkan pikirannya kepada perkara yang di atas dan mengutamakan perkara rohani lebih dari apa pun yang ada di dunia ini. Mengapa? Karena dunia bukanlah tempat tinggal permanen bagi orang percaya. Dunia adalah tempat sementara untuk didiami karena kita tak lebih dari seorang pendatang atau penumpang saja. Kewargaan kita yang sesungguhnya adalah Kerajaan Sorga. "Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia." (2 Korintus 5:1).

Jika kita hendak pergi untuk berkemah tentunya kita tidak mungkin akan membeli semua peralatan dapur secara lengkap, membeli perabot rumah tangga, membeli semua perlengkapan tidur dan sebagainya. Mengapa? Toh kita hanya akan tinggal untuk sebentar. Begitu pula ketika menyadari bahwa dunia ini bukanlah tempat tinggal kita selama-lamanya maka kita pun tak akan sepenuhnya hanya memikirkan bagaimana mengumpulkan harta atau kekayaan duniawi semata, sebab "...kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar." (1 Timotius 6:7). Ayub pun menyadarinya, "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya." (Ayub 1:21). Justru yang harus kita lakukan adalah menabung atau mengumpulkan harta di sorga.

Waktu kita di sini hanya singkat dan terbatas, jadi alangkah bijaknya jika kita menggunakan kesempatan yang ada sebaik mungkin. Itulah sebabnya Tuhan mengututs kita untuk suatu tugas yang jelas yaitu supaya kita menerapkan gaya hidup sorgawi, "supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:15), menjadi saluran berkat, bukan menjadi batu sandungan serta menjadi garam dan terang bagi dunia ini.

Sebagai warga sorgawi sikap dan perbuatan kita pun juga harus mencerminkan dan menyatakan kemuliaan bagi Tuhan.

Selamat beraktivitas dalam anugerah Tuhan Stay at home.Percayalah penjagaan dan pemeliharaan Tuhan atas kita semua...IMANUEL...amin

May 27, 2020

Hati yang melekat kepada Tuhan


Baca: Mazmur 91
"Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku." (Mazmur 91:14)

Shalom,

Ketika ranting melekat kepada pokok ia akan mendapatkan asupan makanan, sumber mineral, air dan segala hal yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Kata "melekat" memiliki arti menempel benar-benar sehingga tidak mudah lepas. Kelangsungan hidup ranting sangat bergantung sepenuhnya kepada pokok. Dengan kata lain pokok adalah sumber kehidupan bagi ranting. Tuhan Yesus berkata, "Akulah pokok anggur yang benar..." (Yohanes 15:1), karena itu "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." (Yohanes 7:37-38).

Melekat kepada Tuhan berarti tinggal di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam kita. "Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar." (Yohanes 15:6). Kalimat "di dalam Aku" menunjuk suatu hubungan yang karib, artinya kita mempercayakan hidup ini sepenuhnya kepada Tuhan dan mengijinkan Dia berotoritas penuh atas hidup kita. Melekat kepada Tuhan berarti bertekad menjadi pelaku firman, karena kekristenan itu bukanlah teori, melainkan pengalaman hidup berjalan bersama Tuhan setiap hari. Berjalan bersama Tuhan berarti bergaul karib dengan Tuhan; dan terhadap orang yang karib "...perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14), sehingga kita dapat memahami isi hati-Nya, pikiran-Nya dan juga kehendak-Nya.

Ada berkat-berkat yang luar biasa ketika seseorang melekat kepada Tuhan: ia akan mengecap kebaikan Tuhan, Ia akan menyertai, menjaga, meluputkan dan membentenginya, dan "Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab," (ayat 15), dan "...mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yohanes 15:7). Banyak orang mengaku diri pengikut Kristus tapi tidak hidup melekat kepada Tuhan, memilih berjalan menurut keinginan sendiri dan malas membangun persekutuan dengan Tuhan.

Hidup dalam ketaatan adalah wujud nyata seseorang melekat kepada Tuhan!

Selamat beraktivitas dalam anugerah Tuhan Stay at home. IMANUEL amin.




May 26, 2020

Keluarga Pembentuk Karakter


Baca: 2 Timotius 3:10-17
"Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus." (2 Timotius 3:15)

Shalom,

Meski sebagai lembaga atau unit masyarakat terkecil, keberadaan keluarga memiliki peranan dan pengaruh yang sangat besar bagi pertumbuhan suatu generasi bangsa. Di dalam keluarga terbangun suatu persekutuan karib yang terikat berdasarkan hubungan darah: ayah, ibu dan anak. Mengapa keberadaan keluarga memiliki peranan penting bagi suatu generasi? Karena berawal dari keluargalah nilai-nilai moral mulai ditanamkan dan dipraktekkan secara efektif, terus-menerus dan konsisten dari hari ke hari sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga adalah faktor utama penentu karakter.

Seringkali orang tua hanya bisa memanjakan anak-anak dengan materi atau memenuhi kebutuhan jasmaninya. Orang tua yang mampu rela mengeluarkan dana yang besar demi memberikan pendidikan intelektual kepada anaknya, bahkan sampai menyekolahkan mereka ke luar negeri. Tentu itu baik. Orang tua yang bijak pasti akan memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya demi masa depannya. Tetapi banyak orang tua yang justru lupa dan kurang memperhatikan 'makanan rohani' bagi anak-anaknya. Adapun makanan rohani itu adalah firman Tuhan. Alkitab menyatakan,
"Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ulangan 6:5-7).
Tuhan menghendaki para orang tua mengajarkan kepada anak-anaknya tentang nilai-nilai kebenaran firman Tuhan secara terus-menerus, berulang-ulang, di mana pun dan kapan pun waktunya. Mengapa? Sebab "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (ayat 16).

Orang tua harus membekali iman anak-anak sejak dini supaya mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang takut akan Tuhan!

Selamat beraktivitas dalam anugerah Tuhan Stay at home. Kekuatan Firman Tuhan menuntun kita hari ini, IMANUEL...amin

May 25, 2020

Firman Tuhan adalah Pelita Hidup


Baca: Mazmur 119:105-112
"Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105)

Shalom,

Hal utama apa yang diperlukan semua orang ketika berjalan di kegelapan yang pekat? Bukan uang, bukan mobil, bukan apa pun yang mereka butuhkan, hanya pelita atau terang. Pelita umumnya dipakai orang sebagai alat penerang dalam keadaan sangat darurat. Pelita atau terang akan membantu kita melihat atau memandang sekitar, dan menuntun kita ke jalan dan arah yang benar sehingga langkah kaki kita tidak akan terantuk batu atau terperosok ke lubang yang dalam, dan kemungkinan besar kita pun tidak akan tersesat.

Dunia, tempat di mana kita menjalani hidup ini sedang diliputi kegelapan di segala aspek, sebab "...Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat." (1 Yohanes 5:19). Karena berada di dalam dunia yang gelap banyak orang dihantui rasa was-was dan ketakutan oleh karena arah hidupnya tidak jelas dan serba tidak pasti. "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut." (Amsal 14:12). Syukur kepada Tuhan, meski berada di tengah dunia yang gelap, sebagai orang percaya kita bukanlah orang-orang yang hidup dalam kegelapan tersebut, "karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan." (1 Tesalonika 5:5).

Kita disebut sebagai anak-anak terang karena kita memiliki firman Tuhan sebagai pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita, sehingga meskipun kita berjalan di tengah dunia yang gelap jalan kita adalah terang seperti siang hari, sebab firman-Nya selalu menerangi dan menuntun langkah kita seperti perjalanan umat Israel yang senantiasa disertai tiang awan dan tiang api.

Bagi setiap orang yang senantiasa berjalan di dalam firman Tuhan apa yang dikerjakan dan dilakukan akan terlihat terang, sebab "Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang," (Mazmur 119:130), karena bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memerbaiki kelakuan dan mendidik kita dalam kebenaran, sehingga kehidupan kita akan selalu diperbaharui dari hari ke sehari, hingga semakin berkenan kepada Tuhan.

"Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan," (Amsal 6:23)

Selamat beraktivitas dalam anugerah Tuhan Stay at home. TUHAN YESUS BERKATI, IMANUEL




May 23, 2020

Masalah Hati


Baca: Amsal 27:1-20
"Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu." (Amsal 27:19)

Shalom,

Adalah tidak mudah ketika seseorang ingin mengevaluasi diri sendiri karena menyangkut kejujuran, yang merupakan unsur utama dalam melakukan evaluasi. Kendala terbesar yang menjadi penghalang ketika seseorang melakukan evaluasi diri adalah adanya keakuan yang besar, kesombongan diri, kemunafikan atau keengganan untuk berubah. Tidak banyak orang yang mau mengevaluasi diri tentang kondisi hatinya, karena hal ini membutuhkan kerendahan hatinya. Seringkali kita berpura-pura dan berusaha menutup-nutupi hati kita dengan berbagai upaya agar orang ain tidak tahu yang sebenarnya.

Ingat! "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mati, tapi Tuhan melihat hati." (1 Samuel 16:7b). Mari kita belajar dari hidup Daud yang tidak pernah berhenti memohon kepada Tuhan agar Ia senantiasa menyelidiki hatinya. Seru Daud, "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;" (Mazmur 139:23). Hati dapat menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan karena segala tindakan kita berasal dari pikiran, termasuk di dalamnya perbuatan dosa. Apakah kita telah menggunakan pikiran kita secara efektif dan benar? Apakah kita sedang memikirkan kejelekan orang lain? Ataukah kita sedang merancang kejahatan di dalam hati kita? Sudahkah kita melakukan nasihat Paulus: "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:2) ?

Hati kita ibarat sehelai kanvas yang akan terbentuk coraknya sesuai cat yang disapukan ke atasnya. Impian dan keinginan hati manusia ibarat catnya dan apabila kita menyapukan kuas iman dan mulai mengecat di atas kanvas hati kita, terwujudlah apa yang Tuhan nyatakan bagi kita melalui iman dan tindakan kita. Apa yang seharusnya ada dalam pikiran kita? Baca Filipi 4:8. Bila hati kita masih dipenuhi dengan segala jenis kejahatan (baca Matius 15:19), ketakutan, kekuatiran dan juga kedegilan, datanglah segera kepada Tuhan, akuilah dengan jujur dan mohonlah agar Tuhan menyelidiki hati kita, maka Dia pasti sanggup memulihkan!

"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23)

Selamat berakhir pekan bersama keluarga tercinta di rumah  dalam anugerah Tuhan.  Stay at home. IMANUEL amin.



May 22, 2020

Perintah Memberitakan Injil


Baca: Yohanes 16:16-33
“Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa.” (Yohanes 16:28)

Shalom,

Kenaikan Tuhan Yesus ke sorga merupakan klimaks kehidupan Kristus di dunia. Kehidupan-Nya, kematian-Nya, kebangkitan-Nya serta kenaikan-Nya semakin menegaskan ketuhanan-Nya. 40 hari setelah bangkit Dia harus naik ke sorga. Ini membuktikan Dia adalah Tuhan dan Juruselamat yang diututs Bapa dan kembali kepada Bapa.

Dalam ayat nas jelas terkandung makna bahwa Yesus datang dari kekekalan dan kembali pada kekekalan. Setelah bangkit dari kematian Ia secara khusus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, dan sebelum Ia naik ke sorga Ia memerintahkan para murid untuk menunggu janji Bapa di Yerusalem agar mereka siap menjadi saksi Kristus (baca Kisah 1:12-14). Apa janji Bapa itu? Ialah seperti kata Yesus, “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.” (Yohanes 14:16-17). Di dalam Alkitab kita menemukan ribuan janji, salah satunya janji tentang Roh Kudus yang disebut janji dari Bapa. Allah Bapa telah berjanji bahwa Ia akan mencurahkan Roh-Nya ke atas semua orang (baca Yehezkiel 36:25-27 dan Yoel 2:28-29).

Sebelum terangkat ke sorga Tuhan memberikan perintah kepada murid-Nya agar pergi memberitakan Injil dan menjadikan segala bangsa murid-Nya. Namun, pergi saja tidak cukup, mereka harus memiliki kuasa agar dapat menjadi saksi Kristus di dunia. Kuasa ini sangat penting karena kita akan menghadapi peperangan. Ingat, peperangan itu bukanlah melawan darah dan daging, melainkan melawan penghulu-penghulu di udara yaitu roh-roh jahat yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Tanpa kuasa dari Allah bagaimana kita dapat membebaskan orang lain yang masih berada di bawah kuasa si jahat? Kuasa itu Roh Kudus. Tanpa penyertaan Roh Kudus pelayanan apa pun yang kita lakukan tidak akan berdampak apa-apa bagi orang lain.

"Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." (Yohanes 14:26)
Selamat beraktivitas dalam anugerah Tuhan Stay at home. Percayalah kasih dan setia Tuhan beserta kita hari ini IMANUEL amin.



May 20, 2020

Menikmati Kesetiaan Tuhan


Baca: 2 Timotius 2:8-13
"Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya." (2 Timotius 2:13)

Ayat di atas seringkali disalahartikan oleh banyak orang Kristen: "Enak ya menjadi orang Kristen. Kita bisa hidup seenaknya: berbuat dosa apa pun, malas baca firman, jarang ibadah dan tidak usah repot-repot terlibat dalam pelayan, toh jika kita tidak setia, Tuhan tetap setia." Ini namanya ngawur! Pernyataan tidak setia ini menunjuk kepada keberadaan kita sebagai manusia yang begitu mudah terpengaruh dan terguncang oleh situasi/keadaan, tidak stabil, mudah kecewa dan sebagainya sehingga kita cenderung gampang berubah menjadi tidak setia kepada Tuhan. Berbeda dengan Tuhan yang adalah setia sebab kesetiaannya adalah sifat Tuhan sendiri. Pemazmur berkata, "Ya TUHAN, Allah semesta alam, siapakah seperti Engkau? Engkau kuat, ya TUHAN, dan kesetiaan-Mu ada di sekeliling-Mu." (Mazmur 89:9) sehingga "...segala sesuatu dikerjakanNya dengan kesetiaan." (Mazmur 33:4b).

Bagaimana agar kita senantiasa menikmati dan merasakan kesetiaan Tuhan?

Pertama, fokus kepada Yesus. Kepada Timotius, rasul Paulus berpesan agar ia senantiasa mengingat-ingat Yesus (ayat 8). Pribadi Yesus harus menjadi fokus kehidupan kita. Namun sering kita membesar-besarkan masalah, mengingat-ingat kejelekan orang lain atau kekecewaaan terhadap seseorang, bukannya mengingat-ingat Pribadi Yesus dengan segala kebesaran, kuasa, karya-karyaNya dan juga pengorbananNya. Akibatnya bertemu dengan sedikit ujian/tantangan saja kita langsung lemah, mengeluh, bersungut-sungut dan berubah tidak setia.

Kedua, mau menderita untuk Injil. Di sini bukan berarti orang Kristen hidupnya susah, serba kekurangan atau tertekan. Yang dimaksud adalah penderitaan karena melakukan kebenaran (ayat 9): menyalibkan daging dan harus tunduk kepada kehendak Tuhan. Ada harga yang harus kita bayar, tidak lagi bisa seenaknya hidup. Bisakah? Tidak ada istilah tidak bisa. Hanya dua pilihan: taat atau tidak. Roh Kudus pasti menolong dan memberi kekuatan bila kita senantiasa intim dengan Tuhan.

"Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak tercela." (Mazmur 18:26)

Selamat beraktivitas dalam anugerah Tuhan, jaga kesehatan, IMANUEL..amin




May 19, 2020

Percaya Saja



Baca: Matius 13:53-58
"Lalu mereka kecewa dan menolak Dia." (Matius 13:57a)

Shalom,

Percaya itu bukan perkara mudah. Terlebih di zaman modern ini, yang terkadang aneh. Banyak berita yang belum tentu benar dengan mudah dipercaya dan disebarluaskan, tapi berita yang justru benar kadang malah ditolak dan dikatakan hoax.

Hal serupa terjadi pada orang-orang Nazaret. Mereka tidak bisa menerima Tuhan Yesus yang berarti menolak juga berita yang disampaikan-Nya karena mereka mengenal Yesus sebagai anak seorang tukang kayu. Awalnya mereka terpesona dan kagum sekali dengan pengajaran Yesus (ayat 54). Dikatakan maka takjublah mereka. Namun, ini tidak bertahan lama. Orang-orang mulai mempertanyakan kuasa dan hikmat Yesus karena mengenal keluarganya sebagai orang biasa saja dari kampung halaman mereka, bukannya berasal dari golongan rabi yang terkenal. Inilah yang membuat mereka kecewa dan menolak Tuhan Yesus. Ada perubahan drastis terjadi pada orang-orang itu, dari perasaan takjub menjadi perasaan kecewa dan menolak. Penolakan mereka bukan semata-mata mereka tahu dan mengenal siapa keluarga Tuhan Yesus, tetapi karena tidak memiliki iman kepada Yesus (ayat 58).

Dari zaman ke zaman, banyak orang yang meragukan ke-Tuhan-an Yesus karena memandang Dia hanya sebagai orang baik, guru berhikmat, tetapi bukan sebagai Tuhan. Iman kita sebagai orang percaya akan dihadapkan dengan tantangan-tantangan seperti itu. Banyak yang akan mencoba menggoncangkan iman kita kepada Tuhan Yesus. Memang jauh lebih sulit bagi kita memercayai Yesus karena mengenal dan membaca-Nya di dalam Alkitab. Bandingkan dengan orang-orang Nazaret yang bertemu langsung dengan Yesus. Jadi, jika kita bisa percaya dan beriman sepenuhnya kepada-Nya, itu hanya karena anugerah dari Tuhan semata. Kasih karunia yang membuat kita bisa melihat bahwa Yesus-lah Allah.

Berhati-hatilah! Di zaman ini, banyak hal yang katanya mengatasnamakan kekristenan, bisa membuat kita takjub sementara. Ada sebuah euforia besar! Semua harus kita uji terlebih dulu berdasarkan firman Tuhan. Ketika diperhadapkan dengan kesulitan-kesulitan, apakah benar Tuhan Yesus tetap menjadi sandaran mereka? Kiranya kita selalu takjub dengan kasih Yesus yang besar dan menyandarkan iman kita sepenuhnya kepada Dia.

Iman butuh lebih dari sekadar takjub akan mukjizat Yesus. Iman butuh ditumbuh kembangkan melalui pengenalan akan Yesus. 

Tuhan memberkati kita semua.Amin.
Selamat beraktivitas dalam anugerah Tuhan Stay at home. IMANUEL...amin

May 18, 2020

Melayani Tuhan sesuai kriteria


Baca:  Maleakhi 2:1-9
"Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam."  Maleakhi 2:7

Shalom,

Nama  'Maleakhi' memiliki arti utusan-Ku, jadi bukan tanpa maksud bila Tuhan memberi nama ini untuk Maleakhi, sebab sejak awal Tuhan sudah punya rencana yang indah atas hidupnya untuk menyuarakan kebenaran.  Tuhan berkata,  "Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku!"  (Maleakhi 3:1a).  

Untuk menjadi utusan Tuhan atau orang yang dipercaya Tuhan untuk tugas pelayanan, seseorang harus memenuhi kriteria yang dikehendaki-Nya, sebagaimana yang rasul Paulus katakan,  "Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus,"  (1 Korintus 4:1).  Menjadi utusan Tuhan seharusnya menyadarkan siapa kita yang tak lebih dari seorang  'hamba' yang dipercaya Tuhan untuk menyatakan rahasia-Nya.  Dipercaya Tuhan adalah suatu anugerah semata!  Orang akan dipercaya Tuhan untuk menjadi utusan-Nya apabila ia:

1. Takut akan Tuhan.
Ini adalah syarat mutlak!  "...ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku."  (Maleakhi 2:5).  Orang yang takut akan Tuhan berarti memiliki kehidupan yang selaras dengan kehendak Tuhan atau menjadi pelaku firman Tuhan.  Apa yang dikatakan dan diperbuatnya senantiasa meneladani apa yang Kristus katakan dan perbuat.  Inilah yang juga menjadi komitmen rasul Paulus:  "Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia."  (Kisah 24:16).  Inilah yang disebut integritas!

2. Berani menyatakan kebenaran. "Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan."  (Maleakhi 2:6).  Seorang hamba Tuhan harus berani menyatakan kebenaran, tidak ada rekayasa, kompromi atau kepura-puraan, dan ia sendiri harus hidup dalam kebenaran, sehingga kehidupannya bisa menjadi kesaksian atau teladan bagi orang lain.  "...banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan."   Sebaliknya, bila seorang utusan Tuhan ternyata memiliki perkataan dan perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, ia justru akan menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Menjadi pelayan Tuhan harus takut akan Tuhan dan tidak berkompromi dengan dosa!

Selamat beraktifitas, Stay at home, jaga kesehatan, tetap semangat, IMANUEL amin



May 16, 2020

Hidup Harus Terus Berjalan


Baca: 1 Raja-Raja 19:9-18
"...hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku." (1 Raja-Raja 19:10)

Shalom,

Pada dasarnya stres tidak selalu berakibat buruk atau berdampak negatif, namun bergantung bagaimana sikap kita dalam menanggapi setiap masalah yang terjadi. Jadi ada positif dan negatifnya. Stres yang negatif dapat menyebabkan seseorang menjadi lemah dan tertekan sehingga dapat menghambat kemajuannya. Namun di sisi lain stres juga memiliki sisi positifnya, di mana stres dipandang sebagai suatu kesempatan bagi seseorang untuk segera bertindak dan mencari solusi di tengah krisis atau situasi sulit sehingga menjadikannya semakin matang dan tangguh dalam bertindak. Karena itu jangan sekali-kali lari dari masalah.

Salah satu cara mudah agar kita terhindar dari stres adalah istirahat yang cukup dan makan secara teratur. Ketika melihat Elia sedang down Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk membangunkan Elia. "Bangunlah, makanlah! Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula." (1 Raja-Raja 19:5b-6). Tuhan membiarkan Elia beristirahat sejenak untuk memulihkan kondisi fisiknya. Setelah itu barulah Tuhan memancing Elia untuk mengungkapkan hal-hal apa saja yang mengganjal hati dan menjadi bebannya selama ini. "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" (ayat 9).

Dengan mengungkapkan unek-uneknya kepada Tuhan beban yang ada di hati akan menjadi semakin ringan alias plong. Selain itu perlu sekali bagi seseorang untuk menarik diri dari kesibukan sejenak untuk menenangkan diri agar mendapatkan ketenangan, sebab "Hati yang tenang menyegarkan tubuh," (Amsal 14:30). Tuhan membangkitkan kepercayaan diri Elia, mengingatkan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya. Tidak perlu terus-menerus larut dalam masalah, mengasihani diri sendiri, berputus asa. Hidup harus tetap berjalan. Tuhan berkata, "Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik," (ayat 15). Elia diutus Tuhan mengurapi Hazael, Yehu dan juga Elisa.

"Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (Yesaya 40:29)

Selamat beraktivitas dalam anugerah Tuhan Stay at home. Nikmati akhir pekan bersama keluarga dgn sukacita, IMANUEL...amin




May 15, 2020

Mengikut Kristus Berproses Seumur Hidup


Baca: Filipi 1:3-11
"Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus." (Filipi 1:6)

Shalom,

Menjadi seorang pengikut Kristus itu lebih dari sekedar tampak rajin menghadiri ibadah atau aktif terlibat dalam pelayanan, tetapi mengikut Kristus berarti kita mau berproses seumur hidup kita untuk menjadi serupa dengan Kristus. Seorang yang baru percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat diibaratkan seperti bayi rohani. Alkitab menyatakan:
"Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan," (1 Petrus 2:2).
Seperti bayi yang terkadang mengalami jatuh bangun saat belajar berjalan, dalam kehidupan rohani pun terkadang kita harus mengalami jatuh bangun, melewati proses demi proses untuk bertumbuh, tapi kita tidak boleh menyerah begitu saja, kita harus terus berjuang. Sering dijumpai ada banyak orang Kristen yang tidak mau berproses. Akibatnya, meski sudah bertahun-tahun mengikut Kristus mereka tetap saja menjadi bayi rohani, tidak mengalami pertumbuhan, kehidupan kerohaniannya tetap begitu-begitu saja. Inilah kekristenan yang gagal!

Bapa di sorga mengharapkan anak-anak-Nya mau berproses, mengalami pertumbuhan, sampai mencapai kedewasaan rohani penuh, karena Dia memerlukan orang-orang yang dewasa rohani untuk dapat melayani pekerjaan-Nya. Bapa sudah memulai apa yang baik dengan memberikan Putra-Nya Yesus Kristus mati di kayu salib, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh keselamatan. Artinya keselamatan itu diberikan dengan cuma-cuma, kita tidak perlu berbuat apa pun untuk menerimanya.
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). 
Tetapi keselamatan merupakan suatu proses yang akan terus berlangsung seumur hidup kita sampai pada kedatangan Kristus, karena itu "...tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar..." (Filipi 2:12).

Milikilah tekad kuat untuk bertumbuh di dalam Tuhan dan jangan lari dari proses. Percayalah bahwa bersama Roh Kudus kita mampu melewati sesuatu.

Dewasa rohani adalah langkah menuju kepada kehidupan kekal bersama Kristus!

Selamat beraktivitas dalam anugerah Tuhan Stay at home, tetap semangat, sehat selalu, HALELUYA...amin.



May 14, 2020

Tuhan itu Penolong dan Perisai kita


Baca: Mazmur 33:16-22
"Seorang raja tidak akan selamat oleh besarnya kuasa; seorang pahlawan tidak akan tertolong oleh besarnya kekuatan." (Mazmur 33:16)

Shalom,

Menjadi seorang pemimpin berarti memiliki kekuasaan. Seorang presiden memegang kekuasaan atas negara yang dipimpinnya. Seorang raja berkuasa penuh atas rakyat dan kerajaannya. Namun harus kita akui bahwa besarnya kuasa seseorang tidak bisa menjamin bahwa ia akan aman seratus persen. Oleh sebab itu berbagai upaya dilakukan untuk menjaga dan melindungi seorang pemimpin, contoh: ada pasukan pengawal yang bersenjata lengkap atau bodyguard yang selalu menyertai ke mana pun ia pergi, dengan tujuan agar pemimpin itu tetap terlindungi dari bahaya yang sewaktu-waktu mengancam. Meskipun demikian, masih banyak terjadi seorang presiden, raja, bos perusahaan atau juga seorang panglima perang yang tewas terbunuh oleh musuh.

Ini juga suatu peringatan bagi orang-orang kaya yang dalam hidupnya selalu bergantung dan mengandalkan uang atau kekayaannya: rumah mewah dilengkapi dengan sistem penjagaan yang ketat, pagar tinggi, satpam dan juga anjing yang berkeliaran menjaga rumahnya. Tetapi jika maut akan merengut nyawanya, tak kurang jalan. Dapat disimpulkan bahwa kekuatan, kekayaan, kekuasaan dan keperkasaan seseorang tidak dapat menjamin keselamatan jiwanya, seperti dikatakan "Kuda adalah harapan sia-sia untuk mencapai kemenangan, yang sekalipun besar ketangkasannya tidak dapat memberi keluputan." (ayat 17). Tenaga sekuat apa pun dan senjata secanggih apa pun yang kita miliki, jika kita tidak mempunyai hati yang takut akan Tuhan, semuanya sia-sia.

Jadi, takut akan Tuhan adalah syarat mutlak untuk memperoleh keselamatan, terutama keselamatan jiwa dan kehidupan kekal, karena "Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan." (ayat 18-19). Tuhanlah yang senantiasa menjadi penolong dan perisai bagi orang-orang yang takut kepada-Nya. Dia selalu punya cara yang ajaib dan tak masuk akal, itulah yang disediakan-Nya (baca 1 Korintus 2:9).
"Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." (Mazmur 34:18)

Selamat beraktivitas dalam anugerah Tuhan Stay at home, IMANUEL...amin




May 13, 2020

Hidup Penuh Kejutan


Baca: Ayub 14:1-22  (langsung baca di Alkitab Mobi)
"Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan." (Ayub 14:2).

Shalom,

Suatu kenyataan hidup yang tak dapat dipungkiri bahwa perjalanan hidup manusia di dunia ini selalu diwarnai dengan kejutan-kejutan: kadang ada tawa, sekejap kemudian berganti dengan tangis; ada keberhasilan, tapi tidak sedikit pula yang harus menelan pahitnya kegagalan. Kejutan demi kejutan kadangkala seperti sebuah hantaman palu yang datang secara bertubi-tubi. Kejutan ini bisa menghampiri siapa saja, baik itu orang Kristen awam atau bahkan seorang hamba Tuhan sekalipun.

Kejutan juga menghampiri orang yang paling dekat dengan Tuhan Yesus sekalipun yaitu sebuah keluarga di kota Betania yang sangat mengasihi dan dikasihi Tuhan, yaitu keluarga Marta, Maria dan Lazarus (baca Yohanes 11:1-44). Kejutan yang amat menyakitkan sengaja diijinkan Tuhan terjadi dan menimpa keluarga ini karena keterlambatan Tuhan Yesus tiba di rumah mereka. Kematian menimpa salah seorang anggota keluarga ini yaitu Lazarus.

Kita tahu bahwa kematian seseorang selalu membawa kepedihan hati dan duka yang mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Memang, kejutan yang berupa masalah atau pun penderitaan itu bisa menimpa setiap orang, tak terkecuali orang percaya. Namun satu hal yang menguatkan kita adalah Tuhan tidak pernah merancangkan kecelakaan, melainkan rancangan damai sejahtera untuk memberikan hari depan yang penuh harapan (baca Yeremia 29:11). Di tengah kejutan-kejutan yang terjadi dalam kehidupan ini kita harus percaya "...bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28).

Jika Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatunya tidak ada perkara yang mustahil bagi orang percaya. Lazarus, yang walaupun sudah empat hari mati dan dikuburkan, Tuhan sanggup membangkitkannya. Sungguh, Tuhan Yesus adalah kebangkitan dan hidup (baca Yohanes 11:25). Rasul Paulus menyatakan bahwa Tuhan turut bekerja dalam 'segala sesuatu'. Kata 'segala sesuatu' artinya di semua aspek kehidupan kita tanpa terkecuali.
Tuhan memakai setiap 'kejutan' yang ada untuk menyatakan kuasa-Nya!
Selamat beraktivitas dalam anugerah Tuhan Stay at home. Bersyukur kita bisa lewati hari ini, selamat beristirahat dalam berkat Tuhan, IMANUEL...amin





May 12, 2020

Bersyukur Atas Kebaikan Tuhan


Baca: Mazmur 138  (langsung baca di Alkitab Mobi, double klik pada ayat untuk play audio)
"Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu." (Mazmur 138:2)

Shalom,

Pada dasarnya setiap orang pasti menyadari bahwa dirinya memiliki keterbatasan. Namun hal ini biasanya baru dirasakan ketika ia sedang dalam permasalahan yang berat, sehingga ketika mengalami jalan buntu dan merasa tidak mampu dia akan berusaha mencari pertolongan kepada "sesuatu yang dianggap lebih besar dan lebih kuat daripada dirinya". Itulah sebabnya orang-orang dunia di luar Tuhan berusaha mencari pertolongan ke allah-allah lain: orang pintar atau dukun, tempat-tempat keramat dan sebagainya untuk mendapatkan solusi bagi permasalahan yang menimpanya, baik itu masalah ekonomi, sakit-penyakit, perjodohan, pekerjaan dan lain-lain. Mereka terperangkap oleh jerat iblis yang menawarkan pertolongan instan, padahal ujungnya menuju kehancuran dan kebinasaan. Segala cara ditempuh demi mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.

Sebagai orang percaya kita patut bersyukur karena kita memiliki Tuhan Yesus yang bukan sekedar Allah, namun adalah Bapa dan Gembala yang baik, yang dengan penuh kasih akan memenuhi segala kebutuhan sekaligus mendidik kita agar kita terus bertumbuh dan memiliki karakter seperti Dia. Di dalam Yesus tersedia segala berkat yang kita perlukan. Tetapi seringkali kita selalu menterjemahkan "berkat" Tuhan itu berupa uang atau hal-hal yang bersifat materi semata. Akibatnya ketika seseorang belum memiliki uang banyak atau harta yang melimpah ia akan merasa bahwa dirinya belum diberkati Tuhan. Kita lupa bahwa tubuh yang sehat, keluarga yang harmonis, anak-anak yang tumbuh sehat, usaha yang lancar dan sebagainya adalah berkat. Kita jarang menghargai apa yang kita miliki saat ini.

Mari mulai belajar menghargai berkat-berkat yang Tuhan limpahkan dalam kehidupan kita bukan hanya materi, tapi juga berkat-berkat non materi yang kita terima. Betapa banyak hal-hal baik yang Tuhan karuniakan dalam hidup kita setiap hari. Uang dan materi hanyalah sebagian kecil dari berkat yang kita terima. Berkat Tuhan itu menyeluruh dan sempurna, meliputi berkat jasmani maupun berkat rohani.
Karena itu bersyukurlah senantiasa sebab Tuhan sangat baik!
Selamat beraktivitas dalam anugerah Tuhan Stay at home. Salam sehat dan tetap sukacita, HALELUYA...amin




May 11, 2020

Semua Karena Anugerah


Baca: Ratapan 3:21-26 (langsung baca di Alkitab Mobi)
"TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia." (Ratapan 3:25)

Shalom,

Jika kita dapat menjalani hari-hari hingga detik ini dan bisa menikmati berkat-berkat-Nya itu semua adalah karena anugerah-Nya semata. Kalau bukan karena tangan Tuhan yang menuntun dan menopang, kita pasti tidak memiliki kesanggupan untuk menjalani dan melewati hari-hari yang berat ini. Karena itu kita pun harus berkeyakinan bahwa di hari-hari mendatang Tuhan pasti tetap menyertai dan terus melanjutkan perbuatan baik-Nya atas kita.
"Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus." (Filipi 1:6).
Tuhan Yesus sungguh baik dan sangat baik, sebab selalu memberikan yang terbaik kepada anak-anak-Nya. Bapa kita di dunia ini saja tidak akan pernah memberi batu kepada anaknya jika meminta roti, atau memberi ular jika ia meminta ikan.
"Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Matius 7:11). 
Bahkan Alkitab menegaskan bahwa berkat yang disediakan Tuhan bagi kita adalah berkat yang selalu baru setiap pagi, bukan berkat yang sia-sia, apalagi basi. Tertulis:
"Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (ayat 22-23). 
Inilah janji Tuhan yang harus kita pegang seumur hidup kita: kasih setia Tuhan tidak berkesudahan dan rahmat-Nya pun tak ada habisnya.

Berhentilah untuk mengeluh dan bersungut-sungut!
"Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita." (Efesus 5:20)
Sebab pertolongan dan berkat Tuhan pasti datang tepat pada waktunya. Kalau bapa kita di dunia pernah dan seringkali mengecewakan anaknya, tidak demikian dengan Bapa di sorga, tak pernah mengecewakan dan selalu memberi yang terbaik. Justru kitalah yang seringkali mengecewakan-Nya.

"Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai." (Mazmur 5:13)
Selamat beraktivitas dalam anugerah Tuhan Stay at home. Terus berdoa spy Covid 19 cepat berlalu, HALELUYA....amin



May 09, 2020

Mulai Menjadi Pengajar


Bacaan: Ibrani 5:1-14
(langsung baca di alkitab mobi, klik Play untuk suara ayat alkitab)

Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari perkataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. (Ibrani 5:12)


Renungan

Sebuah materi iklan menarik perhatian saya karena menampilkan dua sosok figur publik yang dikenal dengan keahlian mereka masing-masing. Ada Samuel L. Jackson, aktor terkenal asal AS yang bermain di film The Avengers. Ada pula Stephen Curry, pemain basket asal klub Golden State Warriors, yang dikenal punya akurasi tembakan tiga angka cukup tinggi. Kedua figur publik itu akan mengajar audience sesuai dengan keahlian mereka.

Menjadi pengajar adalah target hidup yang perlu dicanangkan setiap orang percaya. Setelah sekian waktu belajar hal-hal pokok tentang iman Kristen, seharusnya kita pun mulai berani mengajar, mulai dari hal-hal sederhana, melibatkan seisi rumah kita. Kita bisa mengajar keluarga kita berdoa, tekun membaca firman Tuhan, mempraktikkan firman dan mulai hidup dalam iman. Setelah itu, kita dapat mengajar orang di luar rumah kita, termasuk di dalam kelas-kelas pemuridan di gereja. Bagi seorang pekerja, target menjadi pengajar juga perlu dicanangkan setelah sekian waktu menekuni pekerjaan. Kecakapan dalam menangani pekerjaan harus semakin baik sehingga bisa mengajar dan melatih orang lain, agar bisa memiliki kualitas seperti yang kita miliki.

Sampai hari ini, sudah berapa lamakah kita mengikut Kristus? Sudah berapa lama kita bekerja atau menjalankan usaha? Jika sudah cukup lama, apakah kita sudah mulai mengajarkan dengan bekal pengalaman hidup dan pekerjaan yang kita punya? Jika belum, berdasarkan nasihat nas renungan hari ini, mari mulai canangkan untuk mengajar!

--GHJ/www.renunganharian.net





May 08, 2020

Milikilah Hikmat dan Pengetahuan


Baca: 1 Raja-Raja 3:5-15
"Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas." (Amsal 3:13-14)

Shalom,

Dunia di mana kita hidup sekarang ini mengalami perubahan yang begitu cepat dalam segala aspeknya. Dampak dari perubahan tersebut tentu saja mendatangkan tantangan dan masalah yang baru pula. Ide dan cara yang lama di masa lalu belum tentu bisa digunakan di masa sekarang. Manusia perlu mengembangkan pengetahuan serta keahlian yang baru untuk menyelesaikan tantangan di masa sekarang. Orang percaya pun ditantang oleh perubahan dunia sekarang ini. Kita dituntut bukan hanya sekedar cerdas intelektual namun juga perlu cerdas secara spiritual.

Di dalam Alkitab, Salomo disebut sebagai seorang raja yang penuh hikmat dan kebijaksanaan melebihi semua orang yang pernah hidup (ayat 12). Di bawah kepemimpinannya Israel meraih puncak kejayaannya. Bangsa Israel memiliki luas wilayah paling besar selama sejarah di dalam masa pemerintahan raja Salomo, dan pada masa itu kerajaan Israel juga memiliki sistem tata negara yang paling baik. Salomo membuat bangsa Israel berlimpah dengan persediaan pangan, rakyat menikmati kesejahteraan. Di bidang militer, Israel juga menjadi yang paling kuat dan tidak tertandingi, meski pada masa itu Israel tidak pernah berperang dengan bangsa lain (1 Raja-raja 4:21-34).

Fakta-fakta ini membuktikan betapa penting hikmat dan kecerdasan dalam kehidupan seseorang. Selain bermanfaat untuk diri sendiri, hikmat dan pengetahuan juga memberi pengaruh yang signifikan pada lingkungan di mana mereka berada. Banyak orang berlomba-lomba untuk mencari berkat, kesuksesan dan kebahagiaan hidup. Namun mereka lupa bahwa segala berkat, kesuksesan dan kebahagiaan adalah akibat dari memiliki hikmat dan pengetahuan. Sebagai orang percaya kepada Kristus kita patut bersyukur, karena kita telah diberitahukan jalan utama menuju hikmat dan pengetahuan itu. Firman Tuhan berkata,
"Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian." (Amsal 9:10). 
Artinya, jika kita ingin memperoleh hikmat dan pengetahuan, kita harus memulainya dengan hidup takut akan Tuhan. Kejarlah hikmat dan kejarlah itu di dalam sikap hati yang benar, yaitu hati yang takut akan Tuhan.
"Rahmat-Mu berlimpah, ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan hukum-hukum-Mu." (Mazmur 119:156).
Hikmat hari ini
Kebijaksanaan adalah kekuatan untuk menempatkan waktu dan pengetahuan kita untuk penggunaan yang tepat.
"Kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau." (Amsal 2:11).
Setiap firman Tuhan yang kita aminkan, maka firman Tuhan itu akan hidup dalam kehidupan kita secara nyata. Terpujilah Tuhan Yesus.

Selamat beraktivitas dalam anugerah Tuhan Stay at home. Sejahtera dan sukacita sorgawi beserta kita sepanjang hari ini. IMANUEL...amin




May 06, 2020

Menjadi Sahabat Tuhan


Baca: Yohanes 15:14-17
"Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu." (Yohanes 15:14)
Shalom,

Ketika menjadi orang yang berpangkat, terkenal, dan juga kaya, akan ada banyak orang yang mau mendekat (dengan berbagai tujuan), seperti tertulis:
"Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya" (Amsal 19:4). 
Sebaliknya bagi yang susah, gagal dan terpuruk, sangat mudah ditinggalkan atau diabaikan teman dan sahabat. Terlebih di zaman sekarang ini susah sekali menemukan sahabat sejati, apalagi sahabat yang "...menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17). Banyak orang berprinsip: "Asal dia menguntungkan, saya mau jadi sahabatnya. Kalau tidak, I am so sorry, I say goodbye!"

Mencari sahabat di antara sesama manusia saja begitu sulit, mana mungkin kita bisa mempercayai bahwa Tuhan Yesus, yang adalah Raja di atas segala raja, Tuhan di atas segala tuhan, mau memilih kita untuk menjadi sahabat-Nya. Siapakah kita ini? Tapi dari pembacaan firman ini Ia berkata,
"Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku." (Yohanes 15:15).
Tuhan menggambarkan hubungan-Nya dengan kita dalam tingkatan yang intim yaitu sebagai sahabat. Lagi-lagi, Dialah yang lebih dulu memilih kita sebagai sahabat-Nya, bukan kita. Suatu anugerah yang tak terkira, di mana Yesus Kristus telah memilih kita untuk menjadi sahabat-Nya.

Persahabataan akan terjalin karena di dalamnya ada kasih di antara dua pihak. Tuhan pun memiliki standar untuk menjalin persahabatan dengan kita. Itulah sebabnya Tuhan memberikan firman-Nya dan hukum-hukum-Nya itu untuk kita. Syarat utama persahabatan dengan Tuhan adalah ketaatan kita terhadap firman-Nya. Bersahabat dengan Tuhan berarti mau berjalan dalam terang-Nya senantiasa karena Ia adalah terang dunia, yang berarti langkah kita seiring dengan langkah Tuhan, berjalan ke mana pun Tuhan menuntun kita.

Sebaliknya jika kita tidak taat melakukan firman-Nya, tidak karib dengan Dia dan tetap berjalan dalam kegelapan, kita tidak layak disebut sahabat Tuhan!

Selamat beraktivitas dalam anugerah Tuhan Stay at home.

Salam sehat tetap sukacita, IMANUEL... amin



May 05, 2020

Jangan Pernah Ragu



Baca: Yosua 1:1-18
"Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (Yosua 1:9)
Shalom,

Saat permasalahan, sakit-penyakit, krisis keuangan dan sebagainya datang menghantui hidup kita, rasa takut dan kuatir seringkali timbul mencemari pikiran kita sehingga iman kita menjadi lemah. Kita mulai berpikir masalah yang kita alami terlalu berat dan tidak ada harapan lagi, padahal Tuhan berjanji bahwa
"...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18).
Setiap manusia selalu berharap hidupnya baik-baik saja, mulus tanpa hambatan atau rintangan sedikit pun. Padahal untuk mendapatkan janji Tuhan perlu proses, seperti dialami Yosua saat membawa bangsa Israel keluar Mesir menggantikan Musa. Itu tidak mudah, tantangan sangat berat karena bangsa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk. Itulah sebabnya Tuhan berpesan kepada Yosua: kuatkan dan teguhkanlah hatimu! Pesan ini disampaikai sampai 4 kali, artinya untuk bisa meraih janji Tuhan kita perlu memperhatikan pesan atau perintah-Nya karena suatu saat nanti kita akan menghadapi musuh. Musuh berbicara tentang sakit-penyakit, krisis keuangan atau masalah-masalah lain, tapi Tuhan berjanji, "Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (ayat 5). Ia akan selalu menyertai dan menolong kita saat kita membutuhkan, seperti pengakuan Daud,
"Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi." (Mazmur 121:2).
Mengapa janji Tuhan belum terealisasi dalam hidup kita? Masalahnya adalah kita mulai lemah dan tidak sabar menanti janji-Nya digenapi, padahal Tuhan punya waktu tersendiri untuk menggenapi janji-Nya. Dia tidak pernah terlambat untuk menolong kita, tapi kita sendirilah yang selalu membuat pertolongan itu tertunda oleh karena sungutan dan keluh kesah kita, sama halnya bangsa Israel yang tidak pernah berhenti mengeluh dan mengomel, padahal mereka senantiasa mengalami pertolongan-Nya yang ajaib. Itu belum cukup bagi mereka untuk bisa mengucap syukur, yang ada malah selalu menyalahkan Tuhan.

Selalu perkatakan firman-Nya dan renungkanlah itu siang dan malam agar iman kita tetap kuat dan berhenti mengeluh!

Selamat beraktivitas dalam anugerah Tuhan Stay at home dgn sukacita Tuhan,

IMANUEL
AMIN



May 02, 2020

Menjadi Peserta atau Penonton


Baca: 1 Korintus 9:24-27
"Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!" (1 Korintus 9:24)

Shalom,

Kehidupan kekristenan kita ini digambarkan seperti sebuah arena pertandingan lari. Ada pun jarak yang harus kita tempuh itu cukup jauh dengan medan yang beraneka. Kadangkala jalan yang kita tempuh itu rata, menanjak melewati bukit dan terkadang kita harus menyusuri lembah yang curam. Dalam pertandingan ini Tuhan mengundang semua umat manusia untuk menjadi peserta, tetapi tidak semua orang menanggapi undangan itu. Bahkan sebagian besar orang mengabaikannya dengan berbagai dalih atau alasan: sibuk; capek; aku sudah tua, biar yang muda-muda saja; nanti kalau aku sudah kaya; dan sebagainya.

Alkitab menyatakan,
"Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." (Matius 22:14). 
Memang, bagi kita yang merespons panggilan Tuhan, kita pun harus sadar segala resikonya: ada banyak ujian, tantangan dan rintangan. Akibatnya ada sebagian peserta yang akhirnya berhenti di tengah jalan karena merasa tidak sanggup melanjutkan perlombaan, ada yang masih terus memikul beban berat sehingga mereka tidak sanggup lagi berlari. Sementara peserta yang lainnya mampu berlari dan terus berlari hingga mencapai garis akhir dan menjadi pemenang! Dan hanya mereka yang bertanding sesuai dengan aturan perlombaan dan berhasil mencapai garis akhirlah yang berhak memperoleh medali atau hadiah, sebagaimana tertulis:
"Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga." (2 Timotius 2:5).
Tuhan memanggil kita untuk menjadi peserta pertandingan, bukan sebagai penonton saja, karena ada perbedaan yang hakiki antara seorang peserta dan penonton. Umumnya seorang penonton akan lebih gampang berkomentar dan mengkritik karena ia hanya menonton, bukan bertanding. Penonton jarang mendapat cedera atau bermandi peluh, atau terengah-engah kelelahan karena mereka hanya duduk-duduk sambil menonton. Adalah wajar bila seorang penonton terbaik sekali pun tidak berhak atas medali atau hadiah apa pun dalam perlombaan tersebut. Yang berhak memperoleh medali atau hadiah adalah peserta lomba yang telah bekerja keras dan memenangkan perlombaan.

Menjadi peserta lomba mengharuskan ada harga yang dibayar. Siapkah kita?

Selamat menikmati akhir pekan bersama keluarga yang tercinta. Stay at home.

IMANUEL





May 01, 2020

Pelita Yang Bercahaya


Baca: Lukas 8:16-18
"Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan." (Lukas 8:17)

Shalom,

Pelita adalah lampu dengan bahan bakar minyak. Di zaman sekarang ini sudah jarang sekali orang menggunakan pelita untuk menerangi rumahnya karena semua orang menggunakan tenaga listrik. Terkecuali di daerah-daerah terpencil, pelosok, pedalaman atau di lereng-lereng pegunungan mungkin masih ada orang yang menggunakan pelita sebagai alat penerangan.

Menjadi pelita adalah panggilan Tuhan bagi setiap orang percaya. Karena itu Tuhan menghendaki kita memiliki kehidupan yang bersinar di tengah-tengah dunia ini. Menjadi pelita berarti menjadi berkat bagi orang lain. Menjadi pelita di mana? Di mana pun kita berada dan kapan pun waktunya: bisa di kantor, di sekolah, di kampus, dan juga di tempat kita tinggal. Menjadi pelita bagi orang lain tidak harus selalu di gereja. Apalah artinya kita sibuk dengan jadwal pelayanan yang padat, jika kehidupan kita sendiri tidak menjadi terang dan tidak berdampak bagi orang lain?
"Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain." (Galatia 6:4).
Ketika pelita dinyalakan sumbunya akan semakin terbakar, artinya mendatangkan kerugian bagi orang yang menyalakan pelita itu. Jadi ada harga yang harus kita bayar untuk menjadi pelita bagi orang lain! Kita harus siap untuk berkorban dan rugi. Jika kita menyayangkan hal itu maka pelita tidak akan pernah menyala. Alkitab menyatakan,
"Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;" (Matius 20:26-27).
Menjadi pelita berarti harus rela menjadi hamba dan pelayan bagi orang lain, sebagaimana Tuhan Yesus teladankan bagi kita!

Selamat beraktivitas dalam anugerah Tuhan Stay at home.

IMANUEL




Santapan Rohani Our Daily Bread Ministries

BACA RENUNGAN - ARTIKEL LAINNYA